Raden Haji Moehamad Moesa, Penghulu Garut Penuh Kontroversi yang Jadi Pelopor Kesusastraan Sunda

- 1 Juni 2023, 15:06 WIB
Raden Haji Moehamad Moesa, Penghulu Garut Penuh Kontroversi yang Jadi Pelopor Kesusastraan Sunda
Raden Haji Moehamad Moesa, Penghulu Garut Penuh Kontroversi yang Jadi Pelopor Kesusastraan Sunda /Foto delpher/

Bahkan sejarawan asal Jepang, Mikihiro Moriyama dalam buku Semangat Baru, menyebutnya sebagai politikus dan agamawan karena jabatannya itu.

Penghulu pada abad 19 merupakan jabatan yang strategi bagi bumi putera, yang kedudukannya setingkat dengan Bupati, Patih, Jaksa, dan Wedana.

Bayangkan saja Moesa yang menjabat sebagai kepala Penghulu Garut dari 1864 hingga akhir hanyatnya pada 1886, mendapat gaji sebesar 900 gulden per tahun, ditambah uang kompensasi sebesar 720 gulden sebagai tobang pelayanan buruh. Suatu jumlah yang cukup besar apabila dibandingkan dengan gaji seorang bupati yang hanya 1200 gulden.

Dalam jurnal berjudul Antara Hitam dan Putih: Penghulu Pada Masa Kolonial karya Amelia Fauzia. Pengukuhan terhadap peran dan fungsi penghulu mulai diakui ketika masa jabatan Gubernur Jendral Willem Daendels.

Di mana keilmuan dan otoritas penghulu diakui secara resmi dalam pengadilan Islam, serta dipercayanya mereka untuk menjadi penasihat pengadilan pribumi, dan pada tahun 1830 pengadilan Islam yang dipimpin oleh penghulu dijadikan bagian dari pengadilan negeri.
Sehingga jabatan Penghulu saat itu erat kaitannya dengan birokrasi kolonial, seperti Moehamad Moesa yang berkawan dengan pengusaha perkebunan teh, K.F. Holle.

Nina mencoba menggambarkan kedekatan diantara kedua orang ini dan mengenalkan siapa K.F. Holle.

Menurut nya, Holle adalah sosok yang cukup bisa menarik simpati masyarakat pribumi, kedekatan ini membuat ia memiliki nama panggilan baru yaitu “Tuan Hola”, bahkan oleh kalangan umat muslim ia diberi nama “Said Muhammad Ben Holle” karena perhatiannya terhadap agama Islam.

Contohnya ketiak ia meresmikan Perkebunan Teh Arjasari, dilakukan pembacaan doa menurut agama Islam sebelum memakan hidangan yang disediakan. Selain itu ia juga tidak memakan babi dan meminum minuman keras yang diharamkan oleh Islam.

Kedekatan kedua orang ini dapat diindikasi dari perhatian Holle terhadap kebudayaan sunda, terutama dalam unsur bahasa, yang membuatnya berkawan dengan Moesa.

Namun pertemanan mereka tidak hanya bersifat formal semata, melainkan terjalin dengan rasa kekerabatan. Ini terlihat dengan pernahnya Holle menginap di kediaman Moesa selama tiga hari, dan bergaul akrab dengan anak serta istri kepala Penghulu Garut ini. Hal yang tidak biasa dalam kehidupan sosial saat itu.

Halaman:

Editor: Muhammad Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x