Masalah Smart Wallet Belum Selesai, Waspadai Modus Penipuan SIM Swapping

- 24 Maret 2024, 20:45 WIB
Ilustrasi penipuan kejahatan siber yang dapat merugikan korbannya secara daring.
Ilustrasi penipuan kejahatan siber yang dapat merugikan korbannya secara daring. /Bloomberg Techno

PR GARUT - Informasi mengenai aplikasi smart wallet penipuan beredar kencang setelah platform tersebut kembali menunda penarikan dana yang dijanjikan. Para pemain smart wallet kembali harus gigit jari, setelah mereka tak bisa menarik dana pada Minggu 24 Maret 2024.

Padahal, perusahaan itu telah menjanjikan bahwa sebagian besar pengguna aplikasi smart wallet dapat melakukan penarikan dana di tanggal 23 Maret 2024. Serupa tapi tak sama, modus penipuan lain yang telah memakan banyak korban adalah membajak SIM ponsel atau SIM swapping.

Modus penipuan dengan cara membajak SIM ponsel ini bahkan dinilai sangat berbahaya bagi korbannya. Terlebih, kejahatan tersebut dapat menimbulkan bahaya serius bagi suatu bisnis, jika pelaku berhasil meraih akses ke jaringan komunikasi, akun, hingga sejumlah informasi sensitif semisal data keuangan.

Baca Juga: Jasa Joki Tarik Saldo Smart Wallet Marak, Modus Penipuan Incar Member Dari Berbagai Penjuru

Kaspersky, penyedia solusi dan layanan keamanan siber, menjelaskan bahwa modus penipuan SIM swapping adalah metode serangan untuk membajak nomor ponsel, dan mentransfernya ke perangkat milik penyerang.

Dengan kata lain, penyerang masuk ke kantor operator telekomunikasi seluler dan memanuver kartu SIM baru dengan nomor calon korban, kemudian memasukkannya ke telepon mereka sendiri, sehingga mendapatkan akses ke komunikasi target.

Dalam prakteknya, pesan teks yang paling menarik bagi penyerang khususnya pesan berisi kode verifikasi satu kali. Setelah mendapatkan akses ke komunikasi target, mereka dapat masuk ke akun yang terhubung ke nomor telepon tersebut dan/atau mengkonfirmasi transaksi menggunakan kode yang disadap.

Ada berbagai pendekatan yang dilakukan para penjahat siber dalam proses penukaran SIM. Dalam beberapa kasus, mereka menggunakan jasa kaki tangan yang bekerja untuk operator seluler.

"Di negara lain, mereka menipu karyawan dengan menggunakan dokumen palsu atau rekayasa sosial," tulis rilis Karspesky dalam laporan yang ditulis Kantor Berita Antara, Minggu 24 Maret 2024.

Halaman:

Editor: Neni Nuraeni

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah