Kisah Raja Copet Pasar Senen Bernama Jajang, Memiliki Ajian Rawarontek Tewas Mengering di Atas Pohon

- 27 November 2023, 13:30 WIB
Kisah raja copet Pasar Senen bernama, Jajang, yang memiliki ajian rawa rontek mati tergantung di atas pohon.
Kisah raja copet Pasar Senen bernama, Jajang, yang memiliki ajian rawa rontek mati tergantung di atas pohon. /Thumbnail Youtube/Sarang Demit/

PR GARUT - Morat-marit kemiskinan melanda Indonesia beberapa tahun setelah kemerdekaan. Dalam kekacauan tersebut, muncul seorang preman yang melegenda di sebuah desa pedalaman, namanya Jajang. Ia bukan preman biasa, melainkan anak dari seorang dukun santet terkenal di kampungnya, Suritno.

Suritno, sang ayah, dikenal kejam dan memiliki ilmu santet yang sangat kuat. Kehidupan Jajang yang sulit dan tidak ada yang berani melawannya membuatnya menjadi preman yang meresahkan warga desa. Tanpa pekerjaan tetap, setiap hari Jajang hanya menghabiskan waktunya dengan nongkrong di pinggiran jalan bersama komplotannya.

Desa tempat Jajang tinggal merupakan tempat yang jarang terjangkau oleh aparat keamanan pada masa itu. Hukum rimba berlaku, dan kehidupan masyarakat dikuasai oleh para jago-jawara dan preman. Jajang, dengan keberanian dan kekejamannya, memanfaatkan kondisi tersebut untuk memalak orang-orang di kampungnya.

Dikutip dari akun youtube Sarang Demit, waktu berlalu, dan berita kekejaman Jajang mulai menyebar. Polisi pun mendengar kabar tersebut dan memutuskan untuk menyelidiki. Seorang polisi menyamar sebagai pedagang untuk mencari tahu keberadaan Jajang. Saat akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian Jajang, polisi merencanakan penyergapan.

Pada suatu malam hujan lebat, para polisi mendobrak pintu gubuk tempat Jajang dan komplotannya berkumpul. Dengan taktik yang terukur, mereka berhasil menangkap Jajang dan komplotannya. Mereka dibawa ke penjara, tetapi Jajang tidak tinggal diam. Dengan cerdik, ia mulai menggali terowongan untuk kabur dari penjara.

Baca Juga: Sejarah Panjang Pelabuhan Merak dan Tumbangnya Preman Bengis Dedy Klewang oleh Seorang Sopir Bus

Setelah beberapa minggu, terowongan itu selesai, dan Jajang berhasil kabur. Melarikan diri ke hutan, ia menghilang dari kejaran polisi. Mencari kebebasan, Jajang merantau ke kota besar, Jakarta. Di sana, ia bergabung dengan geng preman paling berbahaya, Geng Kobra, dan melanjutkan aksinya sebagai copet di Pasar Senen.

Membagikan Hasil Rampokan

Waktu berlalu, dan Jajang semakin meningkatkan tindakan kriminalnya. Dari seorang copet, ia menjadi tukang rampok yang merampok orang-orang kaya di kawasan Senen. Meskipun hidupnya dipenuhi kejahatan, Jajang memiliki hati yang baik. Ia membagikan sebagian hasil rampokannya kepada orang-orang miskin dan kelaparan di jalanan.

Namun, satu tindakan kejam mengubah segalanya. Saat merampok seorang pemilik toko, Jajang terpaksa membunuhnya dengan sadis. Berita pembunuhan itu menyebar, dan polisi semakin gencar memburu Jajang. Operasi khusus dan upaya untuk mengalahkan kesaktiannya dilakukan, namun Jajang terus berkeliaran.

Suatu malam, Jajang digrebek oleh polisi. Pertempuran sengit terjadi, namun peluru tidak mampu menembus kulitnya. Kesaktiannya membuat polisi semakin frustrasi. Sebuah percobaan terakhir dilakukan, mereka menggunakan sebilah pisau untuk menyakiti Jajang. Meski luka terlihat, namun Jajang dengan cepat pulih, membuktikan bahwa ia telah menguasai ajian rawa rontek dari ayahnya.

Halaman:

Editor: Ade Parhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah