Kisah berlanjut, akibat adanya invasi tentara Jepang ketika itu, kedua bersaudara ini memutuskan untuk mengungsi ke Perak, Malaysia sekitar tahun 1940.
Baca Juga: Berdampak Buruk Pada Anak, KPAI Minta Kemkominfo Blokir Game Online
Nah, kisah bisnis biskuit mereka dimulai di negeri Melayu ini. Dikisahkan mereka mulai memprediksi kue biskuit secara manual untuk dijual.
Dalam perjalanan bisnisnya, tenyata tidak berjalan mulus. Satu ketika, mereka terkendala dengan bahan baku. Persediaan tepung dan gula yang sangat minim, membuat mereka beralih usaha lain, ketika itu mereka memilih memproduksi garam laut dan sabun untuk bisa bertahan hidup.
Kemudian pada 1945, paska Jepang menarik mundur serdadunya, para imigran di Malaysia kembali ke Singapura, termasuk Chew Choo Keng dan Chew Choo Han.
Naluri berbisnis biskuit dua bersaudara ini kembali muncul, kemudian mereka kembali berikhtiar melanjutkan kembali produksi biskuitnya.
Secerah harapan mulai terbuka, sepeninggal tentara Jepang, Chew Choo Han pun secara kebetulan menemukan beberapa mesin pembuat biskuit tua yang sudah rusak karena perang dari pabrik lama tempat mereka bekerja.
Baca Juga: Lutfiana Putri Karlina: Wajah Baru dalam Bursa Pemilihan Bupati Garut 2024
Otak bisnis neraka kemudian mencuat, tak perlu pikir panjang, ia kemudian membelinya dan bertekad menyusun jalur produksi biskuit semi-otomatis.
Dengan menggunakan alat sederhana ini, yakni dengan memanfaatkan rantai sepeda untuk memindahkan biskuit melalui oven batu bata pada sistem konveyor.