PR GARUT - Arab Saudi sedang mempertimbangkan tawaran baru dari pendiri BRICS, yaitu China, untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah kerajaannya. Hal ini diketahui berdasarkan informasi terbaru dari pejabat Arab Saudi yang mengetahui tentang pembangkit listrik tenaga nuklir.
Arab Saudi yang baru diundang masuk ke BRICS ini, diharapkan dapat menggunakan upaya ini untuk menekan pemerintahan Biden dan bisa berkompromi terkait pembicaraan dengan AS soal tenaga nuklir.
China National Nuclear Corp (CNNC) memberikan tawaran untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di provinsi timur Arab Saudi, wilayah yang berdekatan dengan Qatar dan UEA. Diketahui, bahwa putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman akan menyetujui perusahaan China jika pembicaraannya dengan AS gagal.
Baca Juga: BRICS Ancam Dolar AS dengan Umumkan Transaksi Lintas Batas Gunakan Mata Uang Lokal
Pergeseran Geopolitik Arab Saudi
Arab Saudi merupakan satu diantara banyak negara yang secara resmi diundang ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan. Konferensi Tingkat Tinggi itu dilaksanakan pada 22-24 Agustus 2023.
Pada pertemuan tersebut, China menawarkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi, yang mana sebelumnya pihak Kerajaan Arab Saudi telah meminta bantuan AS untuk membangun tenaga dan sumber daya nuklirnya.
Tetapi dengan bergabungnya Arab Saudi menjadi blok BRICS, memungkinkan Arab Saudi kerja sama dengan AS tidak akan berjalan dalam membangun sumber tenaga nuklirnya.
Baca Juga: Sister of The Valley: Biarawati Peracik Ganja Medis dari California Utara
Adanya kesamaan menjadi anggota BRICS antara China dan Arab Saudi, dapat dilihat sebagai pergeseran geopolitik Arab Saudi terhadap Amerika Serikat. Seperti diketahui juga, jika China merupakan konsumen minyak terbesar sekaligus mitra dagang dari Arab Saudi.