Gerak Cepat Pemda Garut Tangani Kasus Rudapaksa Oknum Guru Ngaji yang 'Gagahi' Puluhan Anak Didiknya

- 2 Juni 2023, 16:31 WIB
Yayan Waryana (Tengah) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA)
Yayan Waryana (Tengah) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) /Muhammad Nur/

PR Garut - Pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) gerak cepat langsung menangani kasus rudapaksa atau pelecehan seksual yang dilakukan oleh AS (50) oknum guru ngaji di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Jawa Barat.

Menurut Kepala Dinas PPKBPPPA Yayan Waryana mengatakan bahwa saat ini ada 10 keluarga korban yang melaporkan.

Yayan mengatakan bahwa ke-10 korban itu sudah ditangani dengan baik oleh pihaknya.

Baca Juga: Drama Marketplace Guru Mas Mentri, Mulai dari Nunggu di Checkout Hingga Deg-degan Dapat Bintang Satu

"Awalnya kami mendapatkan laporan dari Polsek Samarang, setelah itu kami langsung menangani para korban yang masih anak di bawah umur," katanya saat melakukan jumpa pres di Kantornya di Jalan Pahlawan Garut, Jumat 2 Juni 2023.

Yayan mengatakan bahwa ke-10 korban yang sudah melapor langsung mendapatkan penangan dari dinasnya.

Trauma hiling sudah dilaksanakan dengan 44 peserta termasuk anak dan keluarganya.

Baca Juga: Gak Nyangka Ada Kampung Durian Runtuh Bukan di Malaysia Tapi di Garut, Murah Cek Lokasi dan Harganya

Trauma Healing melalui Depth Theraphy, sebagai langkah mengembalikan, memulihkan kesadaran dari trauma, percaya diri, mandiri dan tidak berlarut larut dalam trauma berkepanjangan.

"Anak-anak korban rudapaksa sudah diberikan terapi berupa taruama hiling," katanya.

Menurutnya terapi itu sebagai upaya untuk meluapkan apa yang dialami oleh anak-anak dan keluarga korban.

"Sehingga prilaku mereka ketika dilakukan trauma hiling di sini bisa histeris, memjerit, bisa merasa kesal, merasa emosi," katanya.

Dengan terapi ini Yayan berharap adanya rasa kepercayaan diri dari anak-anak.

Baca Juga: Aneh! Seorang Warga Kuasai Lahan Negara Hingga Puluhan Tahun, Sebagian Sudah Berdiri Ruko dan Mesjid

Karena bukan korban yang merasa tidak percaya diri, keluarga korban juga merasakan hal yang sama.

Anak-anak yang sudah ditangani oleh dinasnya dipastikan sehat dan tidak ada kelainan yang mengarah ke salah satu penyakit atau virus tertentu.

Anak-anak korban rudapaksa langsung diperiksa kesehatanya, cek kesehatan kata Yayan dimaksudkan untuk melihat apakah ada anak yang terinfeksi oleh virus atau penyakit lainnya.

"Karena efek dari penyimpangan seksual sendiri ialah penularan yang bisa saja terjadi, sementara untuk hasil pemeriksaan belum bisa kami berikan karena kewenangan pihak kepolisian," katanya.

Yayan mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pendampingan fisikis maupun secara fisik. Hal ini dilakukan dengan melakukan cek kesehatan secara menyeluruh di RSU dr. Slamet Garut.

"Kita lakukan pengecekan kesehatan secara menyeluruh, dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan," katanya.

Pihaknya juga melakukan visum kepada seluruh korban. Visum ini diperlukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada korban.

"Di RSU dr. Slamet juga kita lakukan visum kepada para korban, untuk hasilnya kami masih menunggu," katanya.

Visum ini dilakukan apakah benar sudah terjadi sodmi terhadap para korban. Karena menurut pengakuan dari para korban pelecehan seksual hanya sebatas meraba-raba dan lainnya.

"Pengakuan dari korban itu, diusap-usap kemaluannya, dicium," katanya.

Yayan juga mengatakan bahwa AS merupakan duda tanpa anak yang hidup menyendiri.

Yang cukup miris kata Yayan suka ada beberapa anak yang menginap di rumah tersangka.

"Jumlah anak yang ada di sana itu semauanya ada 25 orang, kami masih melakukan pengembangan karena yang lain belum ada yang melapor," katanya.

Yayan juga mengatakan bahwa seluruh korban dilakukan test urine dan test darah di RSU dr. Slamet Garut.

"Untuk mengetahui sejauh mana korban ada yang terinfeksi atau tidak maka kami lakukan test darah dan test urine," katanya.

Pihaknya melalui UPTD PPA berencana akan kunjungan ke sekolah untuk memberikan pemahaman kepada pihak kepala, guru-guru dan siswa untuk tidak membuly, mencemooh atau meledek bahkan sampai mengucilkan.

"Mereka para korban hrs tetap melanjutkan sekolah dengan rasa aman, nyaman terlindungi tanpa harus malu, minder sebagai korban pelecehan sexual," katanya.***

Editor: Muhammad Nur


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x