Network
PR GARUT- Tanjung Priok, tanah suci perdagangan di Jakarta yang tak pernah tidur. Sebagai pelabuhan terbesar dan tersibuk di ibu kota, Tanjung Priok telah menjadi jantungnya aktivitas ekspor dan impor di Indonesia.
Namun, di balik gemerlapnya kontainer-kontainer yang bergerak, tersimpan kisah-kisah menarik yang memperkaya sejarahnya.
Pelabuhan Tanjung Priok bukanlah sekadar tempat berlabuh kapal. Dibangun pada tahun 1877 oleh pemerintah Belanda, pelabuhan ini awalnya hanya sebagai pelabuhan pembantu.
Namun, seiring dengan pesatnya perdagangan di kawasan Asia dan Eropa, Tanjung Priok tumbuh menjadi gerbang utama distribusi.
Baca Juga: Kisah Preman Tanah Abang yang Selamat dari Petrus di Masa Orde Baru Setelah Menyamar Jadi Orang Gila
Kisah Heroik Preman Tanjung Priok
Salah satu kisah legendaris Tanjung Priok adalah perjalanan hidup Ujang, preman kelas kakap di masa kolonial. Dari kehidupan yang penuh liku di pedalaman Banten hingga kekuasaan di pelabuhan terbesar, kisah Ujang menjadi inspirasi dan peringatan akan kekuatan perjuangan individu.
Ujang lahir dan dibesarkan di pedalaman Banten dalam kemiskinan yang melilit. Ayahnya seorang petani yang harus menyerahkan hasil panen kepada penguasa kolonial Belanda. Kesulitan hidup membuat Ujang terbiasa dengan kerasnya realitas hidup di bawah penindasan.
Perjalanan hidup Ujang berubah saat ia bertemu dengan Broto, seorang preman senior yang disegani di Tanjung Priok. Broto melihat potensi dalam Ujang dan membimbingnya menjadi sosok yang kuat dan tak terkalahkan. Bersama-sama, mereka menguasai Tanjung Priok dengan tangan besi.
Meski berada di bawah bayang-bayang Broto, Ujang tak pernah melupakan akar perselisihan dengan Belanda. Ia membalas dendam atas penindasan yang dialami oleh keluarganya dengan menentang kehadiran Belanda secara terus terang.
