Benjamin Netanyahu Kumpulkan Kabinet Perang, Taheran: Iran Akan Langsung Tanggapi Serangan Balasan Israel

- 16 April 2024, 20:15 WIB
Gudang rudal Iran. (X/Twitter)
Gudang rudal Iran. (X/Twitter) /(X/Twitter)



PR GARUT - Kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat setelah serangan langsung pertama Iran menimpa Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memanggil kabinet perangnya dalam pertemuan mendesak guna merespons serangan rudal dan drone yang dilakukan Iran.

Meskipun serangan tersebut tidak menelan korban jiwa dan hanya menyebabkan kerusakan minimal berkat pertahanan udara Israel dan sekutunya, Israel sekarang berada di bawah tekanan untuk menentukan sikapnya dalam menghadapi serangan ini.

Panglima Militer Israel Letjen Herzi Halevi, mengonfirmasi bahwa Israel akan memberikan tanggapan atas serangan tersebut, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bentuk tanggapannya.

Baca Juga: Vladimir Putin Ingatkan Israel Jika Balas Dendam ke Iran: Bahaya!

Di sisi Iran, Wakil Menteri Luar Negeri Taheran, Ali Bagheri Kani, menegaskan bahwa Iran tidak akan menunggu lama untuk merespons setiap tindakan balasan yang dilakukan Israel. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi lebih lanjut dari kedua belah pihak.

Namun, prospek pembalasan dari Israel menimbulkan kekhawatiran di Iran, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan tekanan politik yang semakin ketat. Serangan Iran dipicu oleh serangan udara terhadap kompleks kedutaan besarnya di Damaskus yang diduga dilakukan oleh Israel.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menegaskan kepada Netanyahu bahwa AS tidak akan terlibat dalam serangan balasan Israel. Ini menunjukkan upaya AS untuk menekan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.

Sejak perang di Gaza pecah pada bulan Oktober, bentrokan telah sering terjadi antara Israel dan kelompok pendukung Iran di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak. Hal ini menciptakan ketegangan yang tidak hanya mempengaruhi Israel dan Iran, tetapi juga negara-negara tetangga di sekitarnya.

Uni Eropa, Prancis, Jerman, Inggris, AS, dan PBB telah menyerukan untuk menahan diri dalam menghadapi situasi ini. Kondisi di Timur Tengah semakin rapuh, dan upaya diplomasi diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut yang dapat mengancam perdamaian regional. ***

Editor: Neni Nuraeni

Sumber: Reutres


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x