Jejak Pabrik Tenun Garut, dari Kebanggaan hingga Berujung Kerugian

- 12 Oktober 2023, 20:30 WIB
Bangunan Pabrik Tenun Garut (PTG) saat masih berdiri di Jalan Guntur, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut
Bangunan Pabrik Tenun Garut (PTG) saat masih berdiri di Jalan Guntur, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut /Dok. Yoyo Dasriyo

PR GARUT - Pabrik Tenun Garut (PTG) kini sudah tinggal sejarah. Nama besarnya sempat jadi kebanggaan warga Kabupaten Garut. Kini, kegagahan PTG cuma bisa dikenang. Bahkan bekas gedungnya sudah beralih fungsi menjadi salah satu mal di Kabupaten Garut.

PTG didirikan oleh perusahaan Belanda bernama NV Preanger Bond Wevery pada 1933 dan dipimpin oleh G Dalenoord. Saat Jepang menjajah Indonesia, PTG pun dikuasai. Kemudian pada 1941, pabrik tenun terbesar di Asia Tenggara itu kembali ke tangan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, PTG tak otomatis jadi milik pemerintah Indonesia. Baru pada 1959, PTG dikuasai oleh Indonesia dan pengelolaannya kemudian diserahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada 1964.

Baca Juga: Bukan ASUS, Ini 3 Rekomendasi Laptop Lenovo Terbaik Bagi Para Pelajar dan Mahasiswa di Tahun 2023

PTG dikenal sebagai 'raksasa' penghasil kain sarung dengan merek dagangnya Cap Padi. Lokasinya berada di Jalan Guntur, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut yang kini sudah digunakan sebagai Mal Garut.

Pabrik tersebut memiliki luas lahan mencapai 10,5 hektare. Sedangkan bangunannya sendiri hanya menempati luas 3,5 hektare, menepi dan menyeberangi Sungai Cimanuk yang membelah antara Kecamatan Garut Kota dan Tarogong Kidul.

Ekspor Kain hingga ke Arab Saudi

Di masa jayanya, PTG memproduksi kain sarung dan handuk yang belimpah. Bahkan produksinya diekspor hingga ke Arab Saudi. Dengan jumlah produksi yang banyak, berdampak positif pada kesejahteraan karyawannya kala itu.

Baca Juga: Pemerintah Hentikan Sejumlah Proyek Strategis Nasional, Cek di Sini Proyek Tol Mana Saja yang Terkena Imbas

Dilansir dari tulisan Yoyo Dasriyo yang terbit di Suara Merdeka pada 23 September 1985, pamor PTG membuat banyak warga yang ingin bekerja di tempat tersebut. "Untuk satu minggu saja saya pernah terima upah Rp8.000. Belum terhitung tunjangan lainnya, baik jatah beras, jasa produksi, maupun kain bagian," ujar Aan, buruh tenun PTG.

Halaman:

Editor: Firman Wijaksana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x